Cap Go Meh yang jika diartikan secara harfiah memiliki makna 15 hari atau malam setelah Imlek, yang bila dipotong per kata ‘Cap’ memiliki arti sepuluh, ‘Go’ berarti lima, dan ‘Meh’ yang berarti malam. Cap Go Meh merupakan hari terakhir dari serangkaian masa perayaan Imlek bagi masyarakat Tionghoa dan sering juga diramaikan sebagai Perayaan Lampion.
Perayaan ini dilakukan untuk memberi penghormatan terhadap Dewa Thai Yi, dewa tertinggi di langit pada zaman Dinasti Han. Pada saat perayaan Cap Go Meh, orang-orang akan membawa persembahan berupa kue keranjang dan melakukan sembahyang kue keranjang untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan.
Di daerah Singkawang, perayaan ini akan semakin seru dengan adanya atraksi menarik berupa pertunjukan barongsai, ular naga, choi lam shin atau keranjang jelangkung, dan parade lainnya. Bahkan ada ritual pawai tatung yang diyakini mampu mengusir roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota.
Tatung merupakan seorang manusia yang menurut kepercayaan dirasuki roh dewa. Tatung berasal dari kebudayaan Tionghoa namun kini sudah dibawa berbaur dengan kebudayaan lokal beberapa etnis masyarakat di Singkawang dan beberapa kota lainnya.
Di festival ini, para Tatung akan menunjukkan kebolehannya yaitu dalam ilmu kekebalan, mulai dari menusuk bagian wajah dengan besi, kawat, tusuk kayu, hingga duduk di atas paku atau pedang yang sangat tajam.
Tertarik untuk menyaksikan festival Cap Go Meh di Singkawang? Segera pesan paket 3D2N Festival Cap Go Meh Singkawang. Untuk lebih jelasnya dapat klik di sini.